Alhamdulillah, atas berkat rahmad Allah Yang Maha Kuasa, warga Menowo dan sekitarnya bisa mengadakan Nyadran atau Sadranan lagi di Makam Cemoro Pitu, seiring dengan telah berlalunya masa-masa suram akibat adanya wabah kopat-kopit (Covid-19). Selain untuk merawat tradisi peninggalan nenek moyang, acara Nyadran dapat menjadi sarana untuk menjaga silaturahim, baik antar keluarga, kerabat, sanak saudara, handai taulan, maupun masyarakat secara luas.
Apa itu Nyadran atau Sadranan?
Nyadran atau Sadranan adalah serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah. Nyadran bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Sansekerta, sraddha yang artinya keyakinan. Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan.
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Nyadran
Tradisi nyadran telah ada pada masa Hindu-Budha sebelum agama Islam masuk di Indonesia. Zaman kerajaan Majapahit tahun 1284 ada pelaksanaan seperti tradisi nyadran yaitu craddha. Ada persamaan tradisi pada kegiatan manusia dengan leluhur yang sudah meninggal seperti sesaji dan ritual sesembahan untuk penghormatan terhadap leluhur yang telah meninggal.
detiknews: https://news.detik.com/kolom/d-5525768/motivasi-ritual-nyadran
Nyadran Menurut Islam
Jaman dahulu, tradisi Nyadran dilengkapi dengan puji-pujian dalam ritualnya, namun setelah penyebaran agama Islam, para Wali Songo mengIslamkan Nyadran dengan doa-doa Islami bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Makna dan tujuan Nyadran, selain untuk kirim doa bagi keluarga yang telah tiada, juga sebagai sarana introspeksi diri, sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk masa depan kita di alam kubur nanti.
Tradisi Nyadran dilaksanakan pada bulan Sya'ban atau pada hari ke-10 bulan Rajab, menjelang datangnya bulan Ramadhan. Dalam ziarah kubur, biasanya membawa ubarampe nyadran berupa bunga terutama bunga telasih. Bunga ini sebagai lambang adanya hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi. Masyarakat yang mengikuti nyadran berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu serta saudara-saudara yang telah meninggal. Seusai berdoa menggelar kenduri dengan makan bersama sepanjang jalan dengan menggelar tikar dan daun pisang.
Nyadran Cemoro Pitu Kedungsari
Acara Nyadran warga RW 02 dan sekitarnya tahun 2022 ini dilaksanakan secara sederhana, setelah dua tahun terakhir (2020 dan 2021) ditiadakan karena adanya pandemi Covid-19. Berbeda dengan penyelenggaraan Nyadran Tahun 2019 lalu yang lebih panjang dan meriah acaranya, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Maret 2022 ini jauh lebih singkat dan padat, walau tidak mengurangi antusitas warga maupun kemeriahan acaranya.
Ada banyak warga yang sudah hadir di area pemakaman sejak pagi, membersihkan makam sanak saudaranya masing-masing, dan bergotong-royong menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan demi kelancaran acara Nyadran nanti. Menjelang jam delapan pagi, warga Menowo dan sekitarnya mulai berduyun-duyun memadati Cemoro Pitu. Masing-masing keluarga menyetorkan beberapa makanan dan minuman kepada panitia yang mengumpulkannya pada satu tempat, untuk nantinya dibagikan dan dinikmati oleh seluruh warga di akhir acara.
Video suasana NYADRAN warga RW 02 di CEMORO PITU
Apa saja rangkaian kegiatan dalam Tradisi Nyadran 2022?
Kegiatan Nyadran dimulai sekitar pukul 08:00 WIB, langsung dengan mukadimah, tahlil, dzikir dan doa bersama, dipimpin oleh Gus Ahmad Dofir Riyanto, S.Ag. Kemudian acara ditutup dengan makan bersama, berbagi makanan minuman yang telah terkumpul tadi. Selanjutnya warga bergotong-royong lagi membersihkan makam leluhur dan sanak keluarganya, lalu meninggalkan area makam.
Semoga Sadranan Magelang khususnya RW 02 Kedungsari Magelang Utara memberikan dampak yang positif bagi keselamatan masa depan seluruh warga dan keluarganya. Aamiin...
Galeri Gambar
Tags
kedungsari
Religi
RT01 RW02
RT02 RW02
RT03 RW02
RT04 RW02
RT05 RW02
RT06 RW02
RT07 RW02
RW 02
Seni Budaya
Mantaap....Lanjut
BalasHapusSiap...! Terima kasih.
Hapus